Study Arsitektur pada property milik Casey Lumy dan Merlin Sudjana
Unsur vertical pada rumah ini
cukup mendominasi. Rumah ini cukup simple namun yang membuatnya tidak monoton
adalah perpaduan material yang digunakan.
Rumah tinggi di sudut jalan ini
memiliki tampilan yang unik. Dindingnya memiliki secondary skin yang terlihat
seperti sebuah anyaman bamboo. Bilah-bilah kayupun berbaris menutupi dinding
bawahnya. Sementara, tanaman hijau
tumbuh di sekeliling rumah. Semuanya berpadu dalam bentuk-bentuk yang modern
yang tidak meninggalkan sentuhan tropis.
Desain arsitektur hunian
dikembangkan ke arah vertical untuk memaksimalkan kebutuhan ruang. Ruang ini
berdiri di atas kaveling yang berjajar di rumah-rumah lainnya. Letak rumah ini
pun berada di pojok kompleks, sehingga ada kemungkinan cahaya dan udara tidak
dapat leluasa masuk ke dalam rumah ini.
Posisi lahan ini tentu mendari
tantangan tersendiri bari arsitek Kusuma Agustianto. Saat mendesain, untuk dan
nyaman menjadi kata kunci mengembangkan karakteristik rumah. Di samping itu,
kebutuhan akan privasi pemiliki rumah juga menjadi pertimbangan. Lantas bentuk
bangunan yang dikembangkan secara vertical pun menjadi solusinya.
Desain Rumah Dengan Konsep Tropis
Sesuai dengan konsep rumah tropis
yang ingin diusung, desain rumah ini pun harus peka terhadap kondisi alam
sekitarnya. Kebetulan, rumah ini memiliki orientasi hadap ke arah barat. Memang
di suatu rumah akan mendapat banyak cahaya. Namun paparan matahari sore akan
terasa panas. Jika rumah dibuat tertutup, tentu udara tidak dapat masuk dan
ruang terasa pengap.
Baca Juga : Tips
Desain Rumah untuk Daerah Tropis Indonesia
Untuk mengatasi kondisi tersebut,
secondary skin ditambahkan pada bangunan ini. Sifat secondary skin yang
transparan ini menciptakan kualitas ruang yang terang pada siang hari namun
tetap nyaman.
Prinsip Kerja Secondary Skin Pada Konsep Desain Rumah Tropis
Prinsip kerjanya, secondary skin
ini akan mereduksi panas matahari yang masuk ke dalam ruang. Namun celah-celah
pada secondary skin tetap memasukan cahaya dalam jumlah yang tepat, sekaligus
membuat udara mengalir. Dengan begitu selain menghemat energy lampu pada siang
hari, secondary skin ini juga mampu menekan penggunaan AC
Secondary skin pada rumah ini
terbagi atas dua segmen yang disesuaikan dengan kebutuhan dan privasi pemilik
rumah. Pada level bawah, bagian pelapis kedua ini berfungsi untuk pelindung
balkin pada kamar anak. Anak dapat bermain dengan aman di sini tanpa menutup
pandangan sekitar. Sementara secondary skin di level atas berfungsi sebagai
pelindung kamar tidur utama.
Pembagian segmen ini juga memberi
kesan dinamis pada bangunan. Ini karena elemen pembentukannya dibedakan yakni
kayu pada bagian bawah dan GRC pada bagian atas. Kombinasi kayu dan beton
terangkum warna natural masing-masing material: cokelat pada kayu dan abu-abu
pada GRC.
Pada siang hari susunan bilh kayu
menciptakan bayangan indah garis-garis pada ruang. Begitupun dengan celah-celah
pada GRC. Sementara, pada malam hari saat lampu rumah dinyalakan, secondary skin
ini bagaikan kap lampu yang meneruskan cahaya indah.