Villa Air – Konsep Arsitektur dan Bangunan yang Menyatu Dengan Alam - Studi Arsitektur

admin
2

Suasana pedesaan selalu saja memberikan kesan yang tidak terlupakan bagi warga kota jakarta. Masyarakat urban biasanya memilih atmosfer pedesaan untuk melepas suasana hiruk-pikuk kota. Hal inilah yang mendorong Vila Air, yang terletak di bandung utara, mengembangkan destinasi peristirahatan dengan konsep suasana desa Parahyangan. Suasana desa itu tergambar kuat lewat tampilan fisik, seperti sawung bumbu, kolam dalam bentuk alami, dan bangunan sederhana yang merepresetasikan pedesaan.

Ciri Khas Vila Air

Vila Air terletak di daerah berbukit dengan pohon pinus yang khas. Pada sore hari, semilir angin mendesir berhasil menciptakan suasana pegunungan yang meneduhkan. Sementara pada malam hari, kita bisa menyaksikan Kota Bandung dari kejauhan lewat lampu-lampu yang menawan yang menghasilkan titik-titik cahaya yang indah.

Pola Bangunan

Pola ruang Villa Air berbentuk linier. Koridor yang lebar, membelah masa bangunan dan kolam. Koridor tersebut menjadi jalur sirkulasi utama menuju bangunan, sekaligus berfungsi sebagai tempat parkir kendaraan. Di sini, jarak antar bangunan terukur dengan baik sehingga menciptakan ruang yang leluasa.
Setiap bangunan di Villa Air mempunyai rancangan yang sama. Dari luar, bangunan dua lantai ini terlihat hanya berlantai satu. Material kayu menjadi material utama bangunan Villa Air. Tidak hanya bangunan dominasi kayu, melainkan juga pada bagian teras, tangga dan pergola. Hanya saja kayu pada teras dan tangga tidak dicat sehingga tampak alamiah.

Keindahan Arsitektur dan Alam Yang Ditawarkan

Kondisi teras Villa Air cukup lebar. Makanya pengunjung di sini bisa menghabiskan waktu di luar ruangan sambil menikmati pemandangan yang ada di sekitar bangunan. Kenyamanan teras begitu terjaga karena dinaungi pergola kayu yang dipotong pilar-pilar berbentuk tabung. Agar terhindar dari sinar matahari, pergola itupun dililit tanaman rambat dengan bunga berwarna oranye.
Sementara sawung yang menjadi tempat melepas lelah khas Parahyangan pun dihadirkan  di depan bangunan. Beranda di antara kolam, sawung kecil yang memuat tiga atau empat orang ini terbuat dari bamboo dengan atap rumbia. Tepat di depan bangunan, terdapat kolam buatan yang dirancang berjenjang. Ini dikarenakan bangunannya berada lebih tinggi dari permukaan tanah. Sementara itu, bentuk kolam dirancang sealami mungkin dengan menggunakan batu yang disusun secara acak.
Diantara batu dalam kolam, terdapat tanaman air. Pemilihan tanaman air dengan penempatannya di dalam kolam dibuat tidak sama, sehingga menghasilkan pemandangan yang dinamis dan tidak monoton. Justru pertumbuhan sebagian tanaman air seperti kupu-kupu, terlihat berbeda-beda pada sebagian kolam.
Tanaman air yang tinggi menjulang ini bagai tirai yang menghalangi sebagian pandangan ke arah bangunan atau ke area lain yang ada disekitarnya Beberapa tanaman semak ditempatkan pada cerukan kering diantara kolam. Bunga warna warni yang ada pada beberapa tanaman semak berhasil memberi aksen di tengah hijau daun.

Untuk memberikan kesan dramatis, penerangan di kawasan ini dibuat secukupnya dengan menggunakan lampu halogen. Cahaya lampu seperti ini dianggap tidak menyilaukan mata, karena penempatannya yang diletakkan di bawah tangga yang menuju bangunan atau tiang-tiang yang ditutup kerangka kayu. Tak pelak lagi, suasana pedesaan yang tercipta di Villa Air memberikan kesan mendalam dan mungkin sulit dilupakan bagi orang-orang kota.

Post a Comment

2Comments

Post a Comment